Creepy Pasta : "Psikopat"
PSIKOPAT
Diam-diam ku perhatikan ada satu rumah yang jauh dari keramaian kota. Tepat sekali dekat dengan hutan dan sungai yang berisi limbah pembuangan dari pabrik. Rumah itu sebenarnya cukup besar untuk ukuran penghuni satu orang. Karena kulihat tak pernah ada orang lain yang keluar masuk selain satu orang yang ternyata ku kenal. Ia adalah willy. Sahabatku yang gemar sekali menyukai warna putih karena menurutnya warna putih itu tak mewakili suatu unsur emosi apapun.
Sampai suatu malam aku memiliki rencana untuk mencoba menerobos ke rumah willy. Suasananya sungguh tenang. Lampunya pun remang-remang di kejauhan. Ku langkahkan kaki ini, ku dekati jendela samping rumahnya yang terbuka. Ku buka mataku lebar-lebar, menerawang melihat ke sekeliling isi rumahnya. Ternyata tak begitu jelas karena cahaya lampu yang tak mendukung. "Buugg!!". Ada yang memukul punggungku hingga membuatku tak sadarkan diri.
Setelah sadar aku ingat bahwa aku masih berada dalam posisi mengintip di jendela rumah willy. Dan sekarang aku melihat kaki dan tanganku terikat serta mulut yang di ikat oleh kain. Aku mengenal suasana ruangan ini. "Oh.. Iya, aku kenal..". Ini ruangan yang sedang aku intip. Walau sedikit kurang jelas karena penerangannya. Tetapi mataku tetap bisa melihat ada seseorang di ujung ruangan sebelah kiri. Ia sepertinya memegang sebilah besi. Tak lama seseorang itu bergerak mendekatiku. "Oh.. Tidak!" Itu bukanlah besi biasa, itu adalah pisau tumbul yang sudah berkarat. Kini ruangan menjadi terang, semakin jelas bahwa seseorang itu ialah willy.
Willy tersenyum menyeringai melihatku. "Sebenarnya situasi apa yang sedang terjadi?." aku bertanya pada diriku. "Kau mau seperti dia?." tanya willy, sambil menunjukan seorang wanita yang tergeletak di lantai yang penuh bersimbah darah dengan beberapa sayatan, sendi-sendi yang patah, bibir yang di jahit, dan mata yang keluar dari tempatnya. "Astaga!!" pekikku. "Cepat atau lambat kamu akan jadi kelinciku selanjutnya.." bisik willy dengan menyeringai. Entah apa yang harus aku lakukan saat itu, yang terpikir hanyalah bagaimana aku bisa lari dari bahan percobaan ini. Aku tidak menyangka bahwa willy adalah seorang psikopat. Willy memberikan pisau karatan itu ke tanganku yang terikat. "Cobalah untuk lari dari sini.." Kata willy. Apapun pemikiran psikopat pasti ia merencanakan sesuatu kenapa memberikan pisau ini. Tanpa berpikir panjang ku gesekan pisau tumpul itu ke tali di kakiku, seraya willy yang hilang dari pandanganku. "Sulit sekali memotong tali dengan pisau tumbul seperti ini." Pikirku. Tetapi beberapa menit mencoba, akhirnya tali di kakiku terputus dan juga tali di tanganku. Willy masih belum kembali. Aku langsung berdiri meski sulit untuk ku langkahkan. Aku melompat ke jendela terdekat. Sesegera mungkin aku berlari ke arah hutan. Tiba-tiba saja kaki ini terasa sakit yang teramat sangat, aku terjatuh tersandung sesuatu di bawah sana. Ku raba-raba ada sesuatu yang aneh dengan kakiku.
"Hahaha.." Terdengar tawa willy nyaring bergema di seluruh penjuru hutan. "Semakin kamu bergerak, maka semakin cepat obat itu berkerja. Hahaha.." Sambungnya. "Apalagi yang ia rencanakan?." Tanyaku. Kulihat situasi di sekeliling sangatlah remang-remang dan hanya pepohonan yang menjulang tinggi di setiap penjuru. Kurasakan nafasku tak beraturan, tubuhku semakin lemas, dan kakiku sepertinya mengeluarkan suatu cairan kental. Setelah ku tengok samar-samar, cairan itu adalah darahku yang keluar dari celah-celah persendian kakiku. "Tak bisa lagi ku tahan rasa sakit ini.." desah hatiku. "Itu. Di dalam kakimu sudah ku suntikan zat asam aktif yang membuat busuk daging-dagingmu, setelah ku katakan tadi bahwa semakin kamu bergerak semakin cepat obat itu bekerja. Hahaha.." Ucap willy santai, selagi aku merasakan sedang meregang nyawa dan tertidur dalam sakitnya derita permainan seorang psikopat.
Komentar
Posting Komentar