Creepy Pasta : "Jiwa yang berbicara"
Jiwa yang berbicara
Ku kayuh sepeda tua menelusuri jalanan setapak di desa. Beberapa menit kemudian aku sudah berada di jalan raya yang penuh dengan hiruk-pikuk kendaraan beroda empat maupun dua. Perjalanan menuju sekolahku cukup jauh. Sepanjang perjalanan di telingaku terpasang headset jadi dengan santainya ku kayuh terus pedal sepedaku. Tak lama aku berhenti di sebuah prapatan jalan, kulihat lampu merah. Kuhitung mundur seraya mengikuti petunjuk bahwa sebentar lagi lampunya akan berganti menjadi hijau. Ku siapkan diri lagi untuk mengayuh menyembrang jalan lurus. Lampu kini sudah berubah menjadi hijau, kudorong pedal sepeda dengan susah payah, tanpa tengok kanan dan kiri. Tiba-tiba sebuah kendaraan menyenggolku dan membuatku tak sadarkan diri.
Aku tersadar bahwa diriku berbaring di bahu trotoar. Sesegera aku terbangun sambil meraba-raba pipiku yang masih terasa lembut, kulihat pula tangan dan kaki tak ada satupun luka. Tapi, aku tidak melihat sepeda tua di sekitarku. "Kemana perginya sepeda tua itu?." Tanyaku.
Penglihatanku beralih kepada salah satu mobil pickup milik seorang polisi di bahu trotoar sebelah kiri, di atasnya kulihat terdapat sepeda tuaku yang sudah penyok dan penuh dengan simbah darah. Aku segera berlari ke arah mobil pickup itu dan berteriak tepat di depan pemiliknya. "Turunkan sepeda tua kesayanganku, kamu apakan sepeda tuaku ini sampai terdapat darah?." Tanyaku kepada polisi. Polisi itu mengabaikanku dan bahkan seperti tak melihatku. Polisi itu justru berlalu meninggalkanku saat berbicara dan menghampiri seseorang yang sudah tua sambil memberikan sebuah pertanyaan. Aku sungguh kesal di buatnya.
Akhirnya ku putuskan untuk pulang karena jika aku kembali ke sekolah pasti sudah terlambat. Ketika ingin beranjak pergi, di kejauhan kulihat sebuah motor yang di tumpangi oleh ayah dan ibuku. "Wahh.. Ayah dan ibu tau saja kalau anaknya sedang susah.. Hehehe.." pikirku. "Ayahh... Ibuuu.." Teriakku. Lalu motor ayah berhenti di depanku. Ayah dan ibu turun tergesa-gesa, dan mendatangi polisi yang sedang mengobrol sambil menangis. "Bagaimana kejadiannya pak?." tanya ayah kepada polisi sambil menyeka air matanya. "Iyah.. Bagaimana pak kronologisnya?." sambung tanya ibuku. "Jadi, tadi anak ibu dan bapak ini sepertinya menyebrang tanpa tengok kanan dan kiri pak. Dan juga lampu merah belum berubah menjadi hijau, tetapi dia sudah menyebrang. Mayatnya sekarang sedang di otopsi di rumah sakit terdekat. Silahkan jika ingin melihat keadaanya tinggal ke sana saja.." Jelas polisi itu panjang lebar. Mendengar penjelasan itu aku benar-benar lemas dan tak bisa berkata apapun, begitu juga ayah dan ibuku yang semakin menangis menjadi-jadi. Tak lama kurasakan penglihatanku kini menjadi kabur seraya sebuah asap mengelilingiku.
Komentar
Posting Komentar